Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Buku Diskursus Munasabah Al-Quran dalam Tafsir Al-Misbah

 


Penulis                  : Dr. Hasani Ahmad Said. M.A

Judul Buku            : Diskursus Munasabah Al-Quran dalam Tafsir Al-Misbah

Editor                    : Nurlaili Nusroh & Abdul Manaf

Penerbit                 : AMZAH

Tahun Terbit         : April 2015

Kota Terbit            : Jakarta

Jumlah Bab           : 5

Jumlah Halaman   : 293 Halaman

 

Dalam buku ini, penulis menekankan penjelasan pada pendapat-pendapat ahli antara lain Quraish Shihab, Al-Suyuthi, dan Al-Qaththan tentang asal atau awalan dari metode munasabah Al-Quran. Buku ini menjelaskan bahwa kajian tentang munasabah berawal dari fakta bahwa sistematika ayat-ayat Al-Quran sebagaimana terdapat dalam mushaf Utsmani tidak berdasarkan pada kronologis turunannya. Dalam Al-Quran, ada indikasi bahwa adanya satu kesatuan Al-Quran yang serasi. Al-Qaththan menjelaskan “kajian menyingkap ayat Al-Quran bukanlah taufiqi melainkan hasil ijtihad munfassir sebagai sebuah kemukjizatan Al-Quran, rahasia retorika, dan segi keterangannya mandiri”. (Diskursus Munasabah Al-Quran:141). Buku ini juga menjelaskan hal-hal yang jarang diketahui oleh khalayak banyak seperti pengurutan surah Al-Quran. Bahasan seperti Al-Baqarah yang diturunkan ketika masa Hijrah ditempatkan diawal mushaf sedangkan Al-Alaq malah ditempatkan di akhir mushaf.

Kajian Al-Quran telah berjalan cukup panjang. Al-Quran adalah wahyu ilahi yang berisi nilai universal kemanusiaan. Diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Oleh karena itu, para Ulama sepakat akan kemukjizatan Al-Quran. Bahwa Al-Quran memiliki mukjizat dari setiap dimensinya dapat dipahami sebagaimana paparan Al-Zarkasyi bahwa Al-Quran bukanlah kalam yang diturunkan secara tidak sengaja, tetapi untuk tujuan yang tepat dan tertentu. Maka, Setiap penggunaan dan susunan katanya, dikonstruksi supaya se-tema dengan kondisi kehidupan manusia sebagai konsep kalam utuh yang padu.

Susunan ayat dan surah dalam Al-Quran memiliki keunikan yang luar biasa karena diturunkan tidak berurutan. Studi tentang munasabah atau korelasi ayat dengan ayat lain maupun surah dengan surah lain mempunyai arti dalam memahami makna Al-Quran serta membantu proses dengan baik dan cermat. Penulis juga menjelaskan secara garis besar perbedaan teknik penafsiran asbab-al-nuzul dan munasabah. Dijelaskan bahwa penafsiran asbab-al-nuzul digolongkan sebagai ilmu “sinai” dan bersifat periwayatan “naqli”. Sedang penafsiran munasabah merupakan kelompok ilmu “ijtihadi” dan bersifat “aqli”. Kajian munasabah berfungsi membuktikan kebenaran dari susunan ayat serta surah. Diungkapkan alasan mengapa ada persoalan dalam setiap surah yang ada di Al-Quran.

 

 

Kelemahan

            Adanya sumber-sumber yang diletakkan dibagian bawah buku atau disebut footnote yang terlalu banyak membuat buku terasa crowded untuk dibaca, mengurangi pengalaman membaca buku ini sendiri. Ada baiknya footnote atau catatan kutipan ini dikumpulkan di satu bagian saja. Selain itu, topik serta bahasa yang digunakan ini berkemungkinan untuk membingungkan pembaca yang tidak terlalu paham dengan istilah-istilah yang ada didalamnya.

 

Kelebihan

            Buku ini menampilkan informasi yang sangat lengkap secara terperinci tentang munasabah Al-Quran. Selain itu, informasi yang ditampilkan juga memiliki sumber yang terpercaya yaitu dari ahli-ahli yang sumbernya dituliskan melalui footnote di buku ini. Selebihnya, buku ini sangat layak untuk dibaca berkat informasi yang ditampilkan, memberikan pengetahuan baru bagi pembaca tentang munasabah Al-Quran.


Posting Komentar untuk "Resensi Buku Diskursus Munasabah Al-Quran dalam Tafsir Al-Misbah"